Dua ikan konsumsi baru yang bongsor, cepat panen, dan gurih.
Marwana, ikan mas baru
hasil pemuliaan Balai Pengembangan Budidaya Ikan Nila dan Mas (BPBINM)
Wanayasa, Purwakarta, Jawa Barat.
Mobil bak terbuka memasuki halaman rumah Jejen Syamsudin. Peternak di
Purwakarta, Provinsi Jawa Barat, itu segera menaikkan plastik berisi ikan nila
berukuran 8—12 cm atau sangkal. Itu benih berumur 2,5 bulan atau 70 hari.
Setiap kg terdiri atas 100 ekor. Jejen panen ikan nila 30 hari lebih cepat
daripada jenis lain, yang memerlukan waktu hingga 100 hari. Artinya, Jejen
memangkas biaya pakan.
Sudah begitu, harga jual bibit nila milik Jejen lebih tinggi daripada bibit
nila lain. Jejen menjual Rp20.000 sedangkan harga nila lain hanya Rp12.000 per
kilogram bibit. Hasil perniagaan 270 kg bibit menghasilkan Rp5,4-juta. Keruan
saja ia mendapatkan untung lebih tinggi. Kesuksean itu karena Jejen menggunakan
ikan nila nirwana III hasil pemuliaan Balai Pengembangan Budidaya Ikan Nila dan
Mas (BPBINM) Wanayasa, Purwakarta, Jawa Barat.
Ras wanayasa
Pertumbuhan nila nirwana III untuk konsumsi juga lebih cepat, yakni hanya
3—4 bulan untuk mencapai bobot konsumsi 300—500 gram per ekor pada pemeliharaan
di karamba jaring apung dan kolam air deras. Itu dengan ukuran benih 8—12 cm
saat penebaran dan populasi 100—200 ekor per m². Bandingkan dengan lama
budidaya nila lain yang mencapai 5—6 bulan untuk mencapai bobot sama, ukuran
dan padat tebar yang sama. Dengan demikian peternak menghemat pakan.
Percepat pertumbuhan
ikan naikkan hasil panen.
Rasio konversi pakan atau feed converstion ratio nirwana
III lebih efisen 29% dibandingkan dengan Nirwana II, pada saat uji banding atau
komparasi. Artinya 1 kg pakan menghasilkan 0,29 kg daging. Nirwana hasil
pemuliaan kegiatan selektif breeding dengan metode seleksi famili telah
digunakan sebagai satu metode efektif untuk mendapatkan strain induk nila yang
lebih unggul. Sebelumnya BPBINM merilis nirwana I pada 2006 dan nirwana II pada
2011. Adapun nirwana III jenis terbaru yang rilis pada 2016.
Menurut pemulia nirwana III, Dr Alimudin, pertumbuhan nila baru itu 30—32%
lebih cepat daripada nirwana II. Ia menambahkan sumber genetik baru dari nila
asal Kenya dan genomar asal Norwegia. “Tujuannya mempercepat pertumbuhan
sehingga lebih cepat panen dan menghasilkan ikan berukuran lebih besar,” kata
Alimudin yang juga dosen Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor.
Teknisi pemuliaan di
Balai Pengembangan Budidaya Ikan Nila dan Mas (BPBINM) Wanayasa, Purwakarta,
Provinsi Jawa Barat, Arief Maulana Syam A Md.
Teknisi pemuliaan BPBINM, Arief Maulana Syam AMd, mengatakan, ciri khas
nirwana III berkepala relatif kecil dengan tubuh lebar ke atas. Itu membuat
ukurannya sepintas lebih kecil. Padahal, daging di belakang kepala atau
punggung lebih tebal sehingga persentase karkas lebih tinggi daripada nila
lain. Uji kualitas daging membuktikan, nirwana III berkadar protein 85,72%,
lemak 2,52%, bahan ekstrak tanpa nitrogen 6,67%, dan abu 5,09%. Citarasa daging
sangat gurih
Pengukuran morfometrik pada saat uji fenotop menunjukkan nirwana jantan
berukuran 22,18 cm, tinggi 8,95, dan tebal 3,37 cm. Ikan betina berwarna
abu-abu berukuran 19,62 cm, tinggi 8,12 cm, dan tebal 3,40 cm. Nirwana mampu
hidup pada air bersalinitas 5—20 ppm, suhu 20—32°C, pH 5,1—8,3, oksigen
terlarut (DO) 3,2—6,7, dan kadar amonia kurang dari 0,01 mg per liter air.
Sebelum rilis, para pemulia menguji coba di 3 ekosistem berbeda, yaitu kolam
arus deras, kolam air tenang, dan kolam jaring apung. Di ketiga tempat itu
nirwana III tumbuh baik, meski ada perbedaan hasil.
Nirwana III, nila baru
dengan pertumbuhan hingga 30% lebih cepat.
Itu berkaitan dengan perbedaan oksigen terlarut, arus air, dan pakan
tambahan yang berkembang di kolam budidaya. Meski demikian, Alimudin mengakui
bahwa nirwana III cenderung rentan penyakit. Musababnya, gen yang berhubungan
dengan kekebalan terkait dan berbanding terbalik dengan kecepatan pertumbuhan.
Artinya, pertumbuhan cepat mengorbankan ketahanan terhadap penyakit.
Nila Oreochromis niloticus baru itu rentan serangan
cendawan Streptococcus agalactiae penyebab penyakit
streptokokusis. Serangan cendawan itu menyebabkan kematian hingga 60%. Namun,
peternak bisa mengantisipasi dengan vaksinasi, perbaikan kualitas air, dan disinfeksi
sarana budidaya sebelum pemeliharaan. Selain nila baru, BPBINM Wanayasa juga
meluncurkan jenis ikan mas baru, yakni marwana—akronim dari ikan mas ras
wanayasa.
Ikan mas baru
Keunggulan marwana antara lain cepat tumbuh, lebih bongsor dengan proporsi
tubuh lebih panjang dan lebih tinggi, dan tahan penyakit koi herpes virus serta
aeromonas. Kelebihan itu warisan beberapa ras unggulan yang menjadi indukan
seperti ikan mas rajadanu, wildan, kuningan (sutisna), dan majalaya. Pada ikan
mas gen pertumbuhan dan ketahanan terhadap penyakit tidak berlawanan. Pemulia
dapat merancang ikan cepat tumbuh dan tahan penyakit.
Peternak di
Purwakarta, Provinsi Jawa Barat, Jejen Syamsudin, membudidayakan nila ras
wanayasa sejak 2010.
Lazimnya ikan mas mencapai ukuran panen berbobot 200 gram pada 6 bulan.
Sementara marwana mencapai ukuran sama pada umur 4 bulan. Pengukuran
morfometrik pada saat uji fenotip menunjukkan panjang standar marwana 21,5—33
cm dengan rasio baku panjang standar per tinggi tubuh 2,30—2,41. Ketahanan
terhadap penyakit KHV mencapai 0,42—97,78% kali lebih tinggi daripada ikan mas
biasa. Sementara ketahanan terhadap bakteri Aeromonas hydrophila mencapai
50% atau 2,75 kali ikan mas biasa.
Pertumbuhan Cyprinus carpio yang cepat itu menjadikan
peternak tidak memerlukan obat pemacu. Dalam satu siklus budidaya, pembudidaya
di karamba jaring apung atau air deras, dalam 1 wadah pemeliharaan
Rp300.000—500.000. Secara ekonomis, marwana memiliki umur panen yang lebih
pendek sehingga konversi pakan yang lebih rendah. Rasio konversi pakan atau
feed converstion ratio lebih efisien 29,16% dibandingkan dengan ikan mas lokal.
Artinya 1 kg pakan dapat menghasilkan 0,29 kg daging. Soal rasa, “Daging
marwana lebih gurih,” kata Arief. (Muhammad Awaluddin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar