SEGMENTASI PENDEDERAN GURAME

Foto: rizki
Tiap ukuran pendederan ikan gurami mempunyai pasar
masing-masing
Gurami merupakan salah satu komoditas perikanan yang
cukup memiliki nilai ekonomis. Pasalnya, kini dari mulai rumah makan hingga
restoran mewah menyajikan ragam menu gurami. Namun siapa sangka dibalik
kelezatan dan manisnya daging gurami memiliki proses budidaya yang sangat panjang,
dan tak semua pembudidaya sabar memeliharanya.
“Gurami merupakan ikan yang mempunyai segmentasi
pendederan yang cukup banyak. Jika dihitung dari fase telur hingga ukuran panen
500 gram (gr) per ekor, memerlukan waktu kurang lebih 2 tahunan,” terang RC.R
Tjahyo yang merupakan pembudiaya gurami kawakan asal Kota Bekasi-Jawa
Barat.
Dia pun menjelaskan, pendederan merupakan fase
pemeliharaan ikan dari ukuran tertentu setelah pembenihan hingga mencapai
ukuran tertentu sebelum masuk fase pembesaran. Di budidaya gurami ini, banyak
ditemukan fase pendederan. Dimana pada umumnya dimulai dari pedederan telur
gurami hingga mencapai ukuran kuku jempol, kemudian silet, tiga jari, bahkan
sampai gurami ukuran 150 gr atau 1 kilogram (kg) isi 6 ekor masih tergolong
benih. Karena sejatinya pangsa pasar untuk gurami konsumsi menerima ukuran
minimal adalah 400-600 gr per ekor.
Kunci Pendederan
Karena fase pendederannya yang cukup banyak maka
baiknya dalam melakukan usaha budidaya gurami dilakukan secara berkelompok,
dengan tujuan agar mempercepat masa pemeliharaan dan juga masa panen. “Namun,
apabila ingin terjun dalam usaha budidaya gurami dan hanya berniat menjual
benihnya saja tidak menjadi persoalan. Karena di tiap-tiap ukuran pendederannya
mempunyai pasar masing-masing,” beber Tjahyo selaku ketua Kelompok Budidaya
Ikan (Pokdakan) Pamahan 1.
Fredrick Tiagita Putra yang juga salah satu anggota
Pokdakan Pamahan 1 dipercayai Tjahyo mengenai urusan benih gurami. Ia
menjelaskan, pendederan pertama gurami dimulai dari telur hingga ukuran kuku
jempol atau bisa distandarkan dengan ukuran bak sortir lele nomor 4-5. Jika
diukur panjang badan rata-rata benih sekitar 1,8 sentimeter (cm).
Pendederan pertama tersebut biasanya memerlukan waktu
selama 40-50 hari, dengan mengutamakan cacing sutera (Tubifex.sp) sebagai
pakannya. Setelah ukuran kuku jempol, sambung Fredrick, ukuran pendederan
selanjutnya adalah silet. Yang dimaksud disini adalah pemeliharaan benih gurami
dipelihara dari mulai kuku jempol hingga mencapai ukuran silet (pisau cukur
berbentuk persegi panjang). Dalam pemeliharaannya sudah menggunakan pakan
buatan berupa pelet dengan ukuran yang kecil menyesuaikan bukaan mulutnya.
Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pendederan kedua ini sekitar 1,5 - 2 bulan
tergantung dari iklim dan juga teknik perawatan.
“Kuncinya pada saat melakukan pemeliharan di fase
pendederan pertama dan kedua adalah pergantian air kolam yang rutin. Tujuannya,
untuk menjaga nafsu makan, sertamenjadi waktu penambahan vitamin tertentu.
Sehingga nantinya benih dapat tahan dengan perubahan cuaca yang ekstrim dan
pertumbuhannya cepat,” himbau Fredrick yang kini sedang menyelesaikan
pendidikan doktoralnya.
Menyambung Fredrick, Tjahyo mengungkapkan, indikator
benih gurami yang sehat ditandai dari nafsu makan yang rakus. Karena selama nafsu
makan benih rakus maka pertumbuhan ikan akan cepat besar.
Pendederan ketiga adalah mencapai ukuran tiga jari,
Tjahyo melanjutkan, pemeliharaan dari ukuran silet menuju tiga jari membutuhkan
waktu yang cukup lama sekitar 3 – 4 bulan. Dalam fase ini memiliki beberapa
sisi keuntungan karena ikan yang dipelihara dari ukuran silet cenderung
memiliki daya tahan lebih baik dibandingkan dengan ukuran di bawahnya.
Sumber : di majalah TROBOS Aqua Edisi-85/15 Juni – 14
Juli 2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar